PT KP PRESS | Daftar Negara yang 'Diajak Ribut' oleh Trump

PT KP PRESS SURABAYA - Pada kampanye pemilihan Presiden pada 2016 lalu, Donald Trump berjanji untuk menurunkan defisit neraca perdagangan Amerika Serikat (AS) yang terus membengkak. Mengutip Reuters, Rabu (4/12/2019), Trump justru melakukan hal-hal yang justru mengganggu hubungan baik dengan sejumlah mitra dagang AS dengan targetnya tersebut. Mana saja negara tersebut? China China merupakan mitra dagang terbesar AS. Namun 17 bulan yang lalu Trump justru menabuh genderang perang dengan negeri panda ini. Pada Selasa lalu, Trump menyebut tak memiliki waktu untuk menyelesaikan kesepakatan dagang antar kedua negara. Dia menginginkan kesepakatan harus menunggu pemilihan presiden pada 2020 mendatang. Padahal perdagangan bilateral antara AS dan China menyumbang 15,7% dari total perdagangan AS sepanjang 2018. Akibat perang dagang, China turun ke posisi ketiga di bawah Meksiko dan Kanada. Meksiko dan Kanada Trump melakukan negosiasi terkait perjanjian dagang dengan negara di Amerika Utara ini pada 2018 lalu. Namun hingga kini kesepakatan tersebut belum juga disahkan pada Kongres AS. Hal ini menyebabkan potensi kerugian US$ 1,2 triliun di zona perdagangan ketiga negara. Uni Eropa Trump mengancam kepada negara Uni Eropa untuk pengenaan tarif hingga 25% untuk impor dari negara tersebut. Kantor perwakilan dagang AS memberlakukan daftar tarif impor senilai US$ 2,4 miliar dari Prancis untuk produk keju, tas tangan dan Champagne. Uni Eropa merupakan negara tujuan ekspor utama AS pada 2018 dengan nilai US$ 319 miliar untuk barang AS dan US$ 256 miliar dari jasa. Pada 2018 anggota UE seperti Jerman, Prancis, Inggris dan Italia merupakan mitra dagang terbaik AS. India Pada Juli tahun ini, Amerika Serikat (AS) menghapus manfaat perdagangan dengan India. Hal ini turut mempengaruhi ekspor senilai US$ 5,6 miliar. Negosiasi telah dilakukan kedua negara namun selalu gagal menghasilkan kesepakatan. PT KP PRESS
detik.com