KONTAK PERKASA FUTURES | 'Stranger Things Season 3': 8 Jam Penuh Ketegangan yang Menyenangka

KONTAK PERKASA FUTURES SURABAYA - Jika Anda belum pernah menonton Stranger Things, ini adalah kesempatan saya untuk menjelaskan kenapa menonton Stranger Things (secara maraton atau tidak) adalah keputusan terbaik yang bisa Anda lakukan. Mengambil setting di Hawkins, Indiana, Stranger Things bercerita tentang sekelompok anak-anak yang mencari temannya yang hilang yang diculik oleh monster bernama Demogorgon di Upside Down. Upside Down adalah dimensi di mana bentuknya seperti dunia kita hanya saja lebih berdebu, lebih dingin, lebih bikin depresif dan tentu saja ada monster-monster berkeliaran. Anak-anak muda itu adalah Mike (Finn Wolfhard), Dustin (Gaten Matarazzo) dan Lucas (Caleb Sinclair) yang mencari Will (Noah Schnapp). Tentu saja dalam perjalanannya ini mereka bertemu dengan Eleven atau akrab dipanggil El (Milly Bobby Brown) yang merupakan anak hasil laboratorium misterius yang membuatnya mempunyai kemampuan telekinetik yang dahsyat. Kemampuannya cukup berguna untuk membunuh para monster yang berkeliaran. Tentu saja ada orang-orang lain yang berkeliaran di Stranger Things. Ada Joyce (Winona Ryder), ibu dari Mike yang panik menari anaknya. Ada juga Hopper (David Harbour), polisi lokal yang mempunyai hantu di masa lalunya. Ada Jonathan (Charlie Heaton), kakak Will yang naksir Nancy (Natalia Dyer) yang lagi pacaran dengan cowok gaul di sekolah, Steve (Joe Keery). Di season keduanya, kreator Stranger Things membuat banyak adjustment. Musuhnya masih sama dan endingnya lumayan menyelamatkan season keduanya yang agak generik tapi setidaknya kita mendapatkan Max (Sadie Sink) sebagai tambahan geng anak-anak kecil yang menyenangkan. Kemudian ada kakak Max, Billy (Dacre Montgomery) yang menjadi idola ibu-ibu dan mbak-mbak karena dia ganteng dan rebel. Dan tentu saja ada Steve yang sekarang bersahabat dengan Dustin yang sesungguhnya membuat Stranger Things season dua menjadi watchable. Banyak reaksi yang kurang hangat dari season kedua Stranger Things membuat The Duffer Brothers belajar banyak hal. Hal itulah yang menyebabkan Stranger Things season ketiga menjadi season terbaik Stranger Things. Serial ini jauh lebih rapi, lebih menyenangkan, lebih efektif dan secara keseluruhan ini adalah 8 jam blockbuster paling menyenangkan yang bisa Anda nikmati. Secara singkat season ketiga Stranger Things menceritakan tentang orang-orang Rusia yang berusaha keras membuka portal Upside Down yang sudah ditutup oleh El di season sebelumnya. Dan usaha orang-orang Rusia ini tentu saja membuat warga-warga Hawkins yang sudah terbiasa dengan kehadiran monster menjadi paranoid. Joyce langsung bertemu dengan Hopper untuk melaporkan bahwa magnet-magnet di kulkasnya tidak berfungsi. Steve, Dustin, Erica (Priah Ferguson) dan teman kerja Steve yaitu Robin (Maya Hawke) menemukan kode-kode orang Rusia yang membawa mereka ke bunker rahasia. Sementara itu Billy menemukan nasib buruk yang membuat dia menjadi katalis atas kekacauan yang akan terjadi di Hawkins. El dan Mike jadian yang membuat persahabatannya dengan Lucas dan terutama Will menjadi terpecah belah. Ditambah dengan tikus-tikus misterius dan orang-orang yang tiba-tiba bertingkah aneh (yang membuat Nancy dan Jonathan langsung beraksi sebagai detektif), semua kegilaan ini dirangkum dalam perayaan ulang tahun kemerdekaan Amerika yang membuat Stranger Things season ketiga menjadi lebih meriah dari biasanya. Keputusan The Duffer Brothers untuk mengambil setting 80-an tidak hanya jenius tapi juga efektif. Setting ini memberikan begitu banyak rasa nostalgia kepada Gen X tapi juga pengetahuan baru bagi para millenial dan Gen Z yang kurang familiar dengan culture yang happening pada era tersebut. Tidak seperti kebanyakan tontonan, apa yang dilakukan The Duffer Brothers sangat kompleks. Dia tidak hanya mencomot culture 80-an tapi gaya berceritanya pun disesuaikan dengan para storyteller hebat yang berjaya pada dekade itu. Ketika Anda menonton Stranger Things, Anda bisa merasakan influence dari Steven Spielberg, John Hughes dan Stephen Kings dengan jelas. Dan untuk season ini, kita mendapatkan body horror ala David Cronenberg di dalamnya. Mengambil setting di bulan Juli ternyata memberikan nuansa yang berbeda. Stranger Things jadi menjadi lebih meriah, suasananya lebih mengundang dan auranya lebih membuat penonton menjadi ikutan riang gembira. Suasananya yang biasanya depressing menjadi lebih gegap gempita karena visual Stranger Things menjadi lebih warna-warni. Hal ini juga disebabkan karena kita melihat anak-anak Hawkins sudah beranjak dewasa. Yang tentu saja cerita-cerita mereka diwarnai dengan kisah cinta, rasa cemburu dan main-main. Dengan delapan episode ternyata Stranger Things bisa bercerita dengan cukup efektif tanpa terasa kelamaan. Ini karena semua karakternya tidak ada yang disia-siakan. Semuanya mendapatkan porsi yang pas dan mungkin untuk pertama kalinya setelah season pertama, semua plot berjalan dengan sangat menarik. Kita mendapatkan buddy comedy yang seru dari Dustin, Erica, Robin dan Steve. Kita mendapatkan film coming-of-age dari Mike, El, Lucas, Will dan Max. Kita mendapatkan romantic comedy dari Joyce dan Hopper. Kita mendapatkan thriller investigasi dari Nancy dan Jonathan. Dan terakhir, kita mendapatkan horor yang menyeramkan dari Billy. Semua plot itu kemudian bergabung menjadi sebuah finale yang sungguh seru. Kita sudah melihat bagaimana El mengakhiri monster-monster ini dan ini untuk pertama kalinya kita melihat sesuatu yang lebih berbeda. Yang membuat ending Stranger Things season ketiga menjadi lebih menyentuh dan membuat kita lebih penasaran dengan apa yang akan terjadi di season berikutnya. Dengan production design yang dahsyat, visual efek yang tidak kalah dengan blockbuster Hollywood, barisan ensemble cast yang sungguh ciamik dan pop-culture references yang tiada duanya, Stranger Things season ketiga adalah sebuah tontonan yang tidak bisa Anda lewatkan. Kalau film-film di bioskop sedang loyo, Netflix justru sedang jaya-jayanya. KONTAK PERKASA FUTURES